Senin, 10 Februari 2014

Sajak dalam puisi

Sajak adalah persamaan bunyi atau persamaan suara. Sajak sering juga disebut rima. Dalam puisi kata-kata yang bersajak sangat diperlukan. Gunanya adalah untuk menumbuhkan nilai keindahan.

Macam-macam sajak

A). Menurut posisinya sajak dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sajak awal
Sajak awal adalah persesuaian bunyi suku kata yan g terletak di awal kata.

Contoh:
Betapa berat beban derita ini
Menjalani hidup sebatang kara
Kesana kemari selalu sendiri
Tak ada sanak tak ada saudara

Di baris pertama, kata betapa, berat dan beban mempunyai persamaan bunyi di awal suku kata, yaitu sama-sama bersuara be. Sedangkan di baris ketiga, kata kesana dan kemari mempunyai persamaan ke. Adapun baris baris keempat juga mempunyai persamaan bunyi, yakni tak. Susunan yang seperti ini disebut sajak awal.

b). Sajak akhir
Sajak akhir adalah persesuian bunyi suku kata yang terletak di akhir kata.
Contoh:

Kukirim doa
Untuk kusuma bangsa
Padamu putra-putri tercinta
Engkau berdaya upaya, berjuang
Menyelamatkan para penumpang
Bergelut dengan badai dan bara
Sampa pada akhirnya
Nyawamu kau korbankan
Keluarga kau tinggalkan
Dengan penuh haru kuucapkan
Selamat jalan pahlawan
Semoga arwahmu
Diterima tuhan

Irama persajakan akhir pada puisi di atas mempunyai kesamaan bunyi. Kata doa, tercinta dan kata bangsa berakhiran bunyi sama. Begitu juga dengan kata berjuang dan penumpang. Begitu pun seterusnya.

b) menurut kesesuaian suku kata

Menurut kesesuian suku katanya, sajak digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Sajak penuh atau sajak sempurna
Yaitu persamaan suku kata terakhir secara penuh.

Contoh:

Kalau tak ada uang di pinggang
Sahabat yang karib menjadi renggang
Bumi berpijak rasa terpanggang
Tangan tak dapat di bawah melenggang

Dalam puisi di atas suku kata terakhir secara penuh berbunyi sama, yaitu gang.

b. Sajak paruh atau tidak sempurna
Yaitu persamaan suku kata terakhir namun tidak secara keseluruhan

Contohnya:
Ayam jago berkokok di atas pagar
Namanya si mulut besar
Kokoknya panjang nyaring sekali
Mengundang lawan untuk berkelahi
Bulunya lurik hitam dan putih
Berkilau ditimpa matahari

Puisi diatas mempunyai irama persajakan suku kata akhir yang sama, tetapi kesamaannya tidak secara keseluruhan.

c. Sajak aliterasi
Yaitu persamaan bunyi pada huruf konsonan pada setiap kata-kata dalam puisi. Kesamaan bunyi sajak ini tidak terletak pada bagian akhir atau bagian depan baris puisi saja namun terletak pada keseluruhan kata demi kata.

Contoh:
Mari kemari dara yang lara
Lupakan sakit yang menjangkit di masa pailit ini
Mari kemari dara yang lara
Sibakkan kabut pagi dengan belaianmu yang lembut

Jika kalian amati puisi diatas persamaan bunyinya kata demi kata. Pada baris pertama kesan yang muncul kalimat itu dikuasai oleh suku kata ri dan ra. Sedangkan pada baris ke dua kalimatnya seperti dipenuhi oleh suku kata it. Begitu juga dengan baris ke empat yang banyak dikuasai oleh suku kata but. Seperti itulah yang dinamakan sajak aliterasi.

d. Sajak asonansi
Yaitu persamaan bunyi pada huruf fokal pada setiap kata-kata dalam puisi. Kesamaan bunyi ini terletak pada bagian akhir atau bagian depan baris puisi saja namun terletak pada keseluruhan kata demi kata. Sajak asonansi merupakan kebalikan dari sajak aliterasi. Kalau dalam sajak aliterasi yang sama adalah bunyi hurup konsonan, maka dalam sajak asonansi yang sama adalah bunyi huruf fokalnya.

Contoh:
Cinta katanya indah
Seperti melati yang baunya wangi
Semerbak kemana-mana
Menaburkan wangi di sepanjang hari

Baris-baris puisi diatas terkesan dipenuhi oleh huruf fokal. Pada baris pertama berbunyi huruf a sangat menonjol. Pada baris kedua bunyi huruf yang menonjol adalah i. Adapun baris ketiga bunyi huruf a yang paling kelihatan. Sedangkan pada baris keempat bunyi huruf i yang paling kelihatan.

e. Sajak rangkai
Yaitu persamaan bunyi huruf fokal pada beberapa suku kata.

Contoh:
Dalam kesabaran membutuhkan kesadaran
Dalam kekayaan akan tumbuh kejayaan

Pada baris pertama kata "kesadaran" bunyi huruf pokalnya mempunyai kesamaan "kesabaran". Begitu juga dengan kata"kekayaan" mempunyai kesamaan "kejayaan".

f. Sajak rangka
Yaitu persamaan bunyi pada huruf konsonan pada beberapa suku kata dalam puisi.

Contoh:
Di simpang jalan samping danau
Seorang renta pontang panting
Sambil membawa sampul dia masih tersenyum simpul
Membangun hidupnya yang sudah porak poranda

Dalam puisi diatas ada kata-kata yang bunyinya sama, yaitu kata "simpang" dan "samping", kata "sampul" dengan "simpul", dan kata "porak" dengan "poranda". Semua kata-kata itu semua sebenarnya berbeda, namun terkesan sama karena bunyi huruf konsonannya sama.

C). Menurut kesesuaian bunyi akhir setiap kata
Jika dilihat dari susunan bunyi akhirannya setiap kata yang terdapat dalam puisi, sajak dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Sajak rata atau sajak sama.
Adalah kesesuaian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-a-a-a

Contoh:
Dimalam yang hening dan sepi    (a)
Aku terbangun seorang diri         (a)
Kuambil air wudhu untuk bersuci (a)
Aku ingin menghadap sang ilahi    (a)

Bila dilihat puisi diatas mempunyai irama yang sama, yaitu semuanya berakhiran dengan bunyi i

b. Sajak silang atau sajak sengkelang.
Adalah kesesuaian bunyi akhir yang mempunyai rumus, a-b-a-b

Contoh:
Ia yang kini telah datang              (a)
Mendekat padamu ananda          (b)
Sambutlah dengan riang              (a)
Masa muda masa berguna           (b)
Ia yang kini telah datang               (a)
Mendekat membawa harapan        (b)
Isilah dengan semagat juang        (a)
Menuntut ilmu, mempertebal iman (b)

Bila diteliti puisi diatas mempunyai kesamaan sajak akhir secara bersilang. Irama saja pada baris pertama dama dengan baris ketiga, sementara baris kedua sama dengan baris keempat.

c. Sajak kembar atau sajak pasangan.
Adalah kesesuaian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-a-b-b

Contoh:
Senja hari di desaku
Langit merah bercampur kelabu
Angin bertiup dengan lirih
Menambah hati semakin pedih

Puisi diatas mempunyai kesamaan bunyi akhir, yaitu baris pertama sajak akhirnya sama dengan baris kedua, sedangkan baris keempat.

d. Sajak pelut atau sajak paut.
Adalah kesesuaian bunyi akhir yang yang mempunyai rumus a-b-b-a

Contoh:
Perasaan siapa takkan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang sahaja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib seorang anak gembala
Beteduh dibawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang kerumah di senja kala

Model kesamaan bunyi puisi diatas a-b-b-a, yaitu baris pertama bunyinya sama dengan baris keempat sedangkan baris kedua sama dengan baris ketiga.

e. Sajak patah atau sajak putus
Adalah kesesuaian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-a-a-b atau a-b-b-b

Contoh 1:

Betapa bahagianya hati
Setelah lama menanti
Kini kakakku telah kembali
Pulanglah pembawa bahagia

Contoh2:
Pagi ini tampak indah sekali
Seperti biasa kukan berangkat sekolah
Mencari ilmu tuk bekal di hari tua
Supaya kelak tak menyesal adanya

f. Sajak merdeka atau sajak bebas
Adalah sajak yang tidak memakai rumus sebagaimana diatas. Puisi yang yang mengunakan sajak ini biasanya tidak begitu memperhatikan irama persajakan akhir. Dan puisi yang seperti ini seringkali kita jumpai dalam puisi baru.

Contoh:
Sahabat apakah kau tak pernah lelah
Seharian berdiri di jalan-jalan
Dalam hujan debu
Dan asap kemdaraan?

Jika dilihat, puisi diatas mempunyai kesamaan dan kesesuaian irama sajak, baik di awal maupun di akhir. Namun bukan berarti puisi diatas tidak enak didengar. Walaupun tidak persajakan, namun puisi itu tetap indah sebab gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mempunyai nilai keindahan dan mempunyai kesan yang mendalam.

3 komentar: